MAAFKAN AKU IBU
Karya Cristania
Di masa remaja, mereka masih bisa meluangkan waktu mereka untuk bermain, tertawa bahagia bersama teman-teman seusia mereka, pergi belanja ke mall dan memilih baju-baju sesuka mereka. Tapi tidak dengan Keyra, dia gadis yang bisa dibilang sangatlah hebat, di masa remajanya Keyra menghabiskan waktu bukan dengan pergi bersama teman-temannya bahkan Keyra bisa bersekolah pun itu sudah sangat disyukuri Keyra. Keyra adalah seorang gadis pekerja keras dengan menjual kue buatan ibunya, Keyra melakukan ini hanya untuk ibunya, ibu yang Keyra sangat sayangi dan cintai. Keyra hidup hanya bersama ibunya, ayah Keyra meninggal saat Keyra masih berumur 3 tahun. Dulu Ibu Keyra bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan Keyra, kini saat Keyra sudah remaja Keyra ingin membalas kebaikan ibunya dengan cara Keyra berjualan kue di tempat Sekolahnya. Dilecehkan teman-teman itu pasti dan yang paling menyakitkan Prisil siswi yang selalu merendahkan Keyra.
“Nak, apa kamu tidak malu kalau kamu harus berjualan di Sekolah?” tanya Ibu Keyra dengan wajah yang mengambarkan kekhawatirnya pada anaknya.
“Ibuuu... Key nggak pernah malu atau menyesal dengan apa yang key lakukan ini. Apa yang perlu Key sesali, Bu? Keyra bangga punya ibu seperti ibu” Keyra memeluk ibunya seakan ini adalah pelukan terakhirnya pada ibu yang amat sangat Keyra sayangi.
“Ke.. keyraaaa..” Ibu Keyra meneteskan air mata saat Ibunya mendengar kata yang terucap dari bibir anaknya itu dan pelukan sang ibu pun lebih erat dari Keyra.
“Ibu mau janji sesuatu sama Key?” Keyra melepaskan pelukan sang ibu dengan lembut dan menatap ibunya dengan air mata yang tertahan hendak turun di matanyanya.
“Janji untuk apa, Nak?
“Ibu harus janji sama Key kalau ibu nggak akan pernah menanyakan hal itu lagi ke Keyra dan ibu selalu menyayangi Keyra dengan sepenuh hati ibu. Keyra pun janji sama ibu,Key nggak akan meminta kepada orang lain walaupun sesulit apapun masalah yang kita hadapi, Key akan kerja keras, Bu.”
“Nak, apa kamu tidak malu kalau kamu harus berjualan di Sekolah?” tanya Ibu Keyra dengan wajah yang mengambarkan kekhawatirnya pada anaknya.
“Ibuuu... Key nggak pernah malu atau menyesal dengan apa yang key lakukan ini. Apa yang perlu Key sesali, Bu? Keyra bangga punya ibu seperti ibu” Keyra memeluk ibunya seakan ini adalah pelukan terakhirnya pada ibu yang amat sangat Keyra sayangi.
“Ke.. keyraaaa..” Ibu Keyra meneteskan air mata saat Ibunya mendengar kata yang terucap dari bibir anaknya itu dan pelukan sang ibu pun lebih erat dari Keyra.
“Ibu mau janji sesuatu sama Key?” Keyra melepaskan pelukan sang ibu dengan lembut dan menatap ibunya dengan air mata yang tertahan hendak turun di matanyanya.
“Janji untuk apa, Nak?
“Ibu harus janji sama Key kalau ibu nggak akan pernah menanyakan hal itu lagi ke Keyra dan ibu selalu menyayangi Keyra dengan sepenuh hati ibu. Keyra pun janji sama ibu,Key nggak akan meminta kepada orang lain walaupun sesulit apapun masalah yang kita hadapi, Key akan kerja keras, Bu.”
Air mata yang tadi hendak turun, kini turun dengan ikhlasnya dan mewakili keinginan Keyra didalam hatinya. Seakan tidak ada celah, air mata itu turun dengan deras dan turun di pipi lembut Keyra. Ibu melihat kejujuran hati sang anak dan melihat air mata yang kini turun dimata Keyra merasa bahwa Ibu Keyra adalah seseorang yang sangat beruntung memiliki anak sebaik Keyra. Sang ibu memeluk kembali tubuh Keyra dengan penuh kasih sayang seorang ibu. Rasa nyaman dan tenang menyeluruh didalam tubuh Keyra. Hanya ada rasa hening didalam rumah yang sederhana itu, Keyra membuka keheningan dengan keceriaan Keyra yang selalu Keyra tunjukan kepada ibunya saat ibunya sedih.
“Hmm...Buu! Besok buat kuenya agak banyak yaa. Key, mau nitip dikantin sekolah. Key udah minta izin ke Kepala Sekolah dan membolehkan Keyra untuk berjualan” Keyra dengan antusias memberikan kabar bahagia ini.
“Baiklah Key. Asal itu tidak menganggu pelajaran kamu di sekolah. Ibu tidak ingin hal itu terjadi, karena tidak mudah untuk masuk sekolah sebagus itu dan itu karena kerja keras kamu Key” Ibu menasihati Keyra dengan kata-kata keibuannya.
“Okkeee buu.. Key janji!” Kayra mencium pipi Ibunya dengan rasa bahagia.
Keesokan harinya, Keyra pergi ke Sekolah dengan membawa banyak kue yang akan dititipinya di Kantin nanti. Jam masih menunjukan pukul setengah tujuh pagi dan sekolahan pun masih seperti biasa, belum ada siapapun kecuali Satpam Sekolah dan Pengurus Sekolah. Keyra terkejut saat dia melihat Prisil sudah ada di Gerbang Sekolah seperti menunggu seseorang. Siapa yang sedang ditunggu Prisil?
“Selamat pagi Pris. Kamu lagi nunggu seseorang ya?” tanya Keyra dengan ramah dan menghamiri Prisil dengan senyuman yang manis di bibirnya.
“Ehhh.. ada cewek kampung! Ngapain lo nyamperin gue? Mau cari masalah lo? Jangan harap dengan muka polos lo itu gue bisa baik sama lo! Jijik gue!” Prisil mendorong Keyra sampai dia terjatuh ke tanah dan kue-kue yang akan dijualnya pun ikut terjatuh dan kotor.
“Ups! Sorry, kue-kue lo yg sampah itu jatoh dehh. Sorry ya cewek kampung!” Prisi pergi meninggalkan Keyra yang masih terjatuh di tanah dan melihat kuenya terinjak Prisi, Keyra pun terkejut dan nangis.
“Aduhh! Yang itu sengaja! Hahahaaa”
Melihat ulah Prisi, Keyra ingin berteriak dan marah, tapi apa yang bisa Keyra lakukan. Jika dia melawan Prisi, dia bisa dikeluarkan dari sekolah. Prisi adalah anak dari pemilik sekolah itu. Keyra bisa masuk sekolah swasta termahal karena Keyra mendapat beasiswa. Yang bisa Keyra lakukan hanyalah bersabar dengan perlakuan Prisi terhadapnya.
Sepulang sekolah Keyra hanya menundukan kepala dan Keyra seakan menahan air mata yang ingin jatuh. Keyra tidak ingin Ibunya tahu apa yang sudah Keyra alami tadi pagi. Tapi, Keyra tidak membawa uang sepeserpun dari hasil penjualan kuenya di Sekolah karena memang tidak ada yang bisa Keyra jual.
“Ass..alamualaikuu..mm ibuu. Keyra pulang bu.” Salam Keyra tidak ada yang menjawab. Ibu kemana? Keyra bingung dan panik.
“Ibuuu.. Ibu dimanaa? Keyra pulang, Bu. Apa ibu sedang masak? Ibuu!” Sama sekali tidak ada jawaban. Keyra pergi ke dapur, mungkin ibunya sedang memasak jadi tidak dengar. Saat Keyra ke Dapur, tidak ada siapapun disana. Keyra semakin panik. Keyra menuju kamar ibunya, Keyra berharap didalam ada ibunya. Terkejutlah Keyra dengan apa yang dia lihat saat itu. Seorang ibu yang sangat dia sayangi tergeletak tak berdaya di bawah kasur yang usang dan lapuk.
“Ibuuuuuu!! Buuu,, bangun ibuu!! Ibu kenapa buuu? Bangun bu! Tolongg!! Tolong!!” Keyra berteriak semampunya agar siapapun yang diluar rumah bisa mendengar Keyra dan membantunya untuk membawa ibu ke Rumah Sakit. Untunglah ada beberapa tetangga yang mendengar teriakan Keyra.
“Ada apa neengg??!” Beberapa tetangga memasuki kamar Ibu Keyra dengan kaget dan panik.
“Bu, tolong saya! Ibu saya pingsan. Tolong bantu bawa ke Rumah Sakit”
“Oh,, i..iiyaa neng”
Langsung para tetangga membantu Keyra membawa ibunya. Sesampainya di Rumah Sakit, Ibunya diperiksa oleh dokter. Wajah Keyra kini pucat tercampur panik. Keyra hanya bedo’a kepada Tuhan agar ibunya baik-baik saja. Tapi takdir berkata lain.
“Keluarga pasien?”
“Iya dok, saya anaknya. Ibu saya ke..kenapa ya dok? Baik-baik aja kan dokter?” Keyra berharap Dokter menjawab “iya”.
“Mbak, saya sudah memeriksa ibu Mbak. Saya juga berharap seperti itu, tetapi takdir berkata lain. Ibu Mbak terkena penyakit Kanker Paru-paru tingkat lanjut, dan segera harus dioperasi. Saya mohon demi keselamatan nyawa Ibu Mbak, malam ini juga Mbak sudah harus membayar administrasi untuk operasi. Permisi.”
Dokter berlalu melewati Keyra yang hanya berdiri mematung karena terkejut. Entah apa yang Keyra pikirkan, dia langsung berlari keluar Rumah Sakit dan Keyra pergi menuju Rumah Prisi. Tok..tok..tok.. Pintu rumah Prisil diketuk Keyra dengan keras. Terkejutlah Keyra yang ternyata keluar adalah ayahnya Prisi dan ayah Prisi mempersilahkan Keyra masuk, tetapi Keyra menolaknya.
“Maaf, Pak! Saya kesini bukan bertamu. Saya kesini ingin bertemu Prisi!” Suara Keyra keras seakan ingin menantang seekor macan.
“Ada urusan apa ya, Nak?” tanya ayahnya Pisi masih ramah.
“Maaf pak saya bukannya lancang. Ibu saya masuk Rumah Sakit dan terkena penyakit...Kanker paru-paru tinggkat lanjut. Saya ini seorang murid sekolah yang bapak miliki dan saya menjual kue disana hanya untuk mendapat uang!” Keyra sangat sakit mengatakan itu. “Saya dan ibu saya hidup dari hasil penjualan kue itu saja. Sekarang penghasilan untuk hidup kami hilang bahkan saya tidak tahu apa saya harus...menjual diri saya agar ibu saya bisa dioperasi?!” Hati Keyra seperti disayat-sayat mengatak itu, air mata itu turun lagi di pipi halus Keyra.
“Yatuhan... Apa Pihak Sekolah melarang kamu untuk berjualan kue? Saya sama sekali tidak pernah...” Keyra tidak bermaksud memtong pembicaraan ayah Prisil.
“Bukan Pihak Sekolah yang melarang saya untuk berjualan, Pak! Tapi Prisi! Anak bapak! Dia selalu menginjak-injak harga diri saya, saat saya berjualan di kantin sekolah, Prisil membuang dan menginjak begitu saja kue yang saya jual!!”
“Ya tuhan.. Priiiissssiiiii!!!!!!! Keluar kamu!!” Kemarahan Ayah Prisi semakin menjadi saat tau perilaku anaknya di sekolah. Prisi pun keluar dari kamar dan menghampiri ayahnya. Terkejutlah Prisi melihat Keyra ada di depan pintu bersama ayahnya, yang membuat Prisi bingung saat dia melihat wajah Keyra dengan penuh kebencian.
“Kamu itu benar-benar keterlaluan Prisi! Kamu melarang teman kamu untuk berjualan?! Apa kamu tahu, dia ini hidup hanya bergatung pada penjualan kuenya! Dan kamu malah merusak kehidupannya, Prisi! Ayah kecewa sama kamu!!” Mendengar perkataan ayah, Prisil menangis dan memeluk ayahnya.
“Ayah.. Maafkan Prisi. Iya, Prisi memang salah. Maafkan Prisi pah. Key, gue minta maaf atas apa yang pernah gue lakuin sama lo. Gue bener-bener minta maaf Key.” Prisi menatap Keyra dengan penuh harap.
“Untuk kata maaf gue bisa maafin lo Pris. Tapi, apa kata maaf bisa menyembuhkan ibu gue yang sekarang lagi butuh bantuan secara materi?! Engga Pris!” Keyra menatap Prisi dengan penuh amarah dan kesedihan.
“Baik, Nak. Untuk membayar semua yang pernah Prisi lakukan ke kamu. Saya akan membayar semua keperluan untuk hidup kamu dan ibu kamu. Bagaimana? Apakah itu adil?” Ayah Prisil mengambil jalan tengah untuk masalah ini.
“Baik lah. Akan saya terima. Terima Kasih, Pak, Pris! Saya permisi.”
Keyra meninggalkan Prisil dan Ayahnya. Keyra menangis di setiap langkahnya entah karena dia bahagia bisa mendengar ibunya akan segera disembuhkan atau dia sedih karena dia membuat kesalahan. “Ibuu, key minta maaf. Key, sudah melanggar janji Keyra ke ibu, tapi ini demi ibu. Mungkin apa yang Key lakukan sama saja Key menjual diri Key sendiri. Tapi ini demi ibu..biar Keyra yang menanggung dosa ini. Maafkan Keyra Ibuuu..”
“Hmm...Buu! Besok buat kuenya agak banyak yaa. Key, mau nitip dikantin sekolah. Key udah minta izin ke Kepala Sekolah dan membolehkan Keyra untuk berjualan” Keyra dengan antusias memberikan kabar bahagia ini.
“Baiklah Key. Asal itu tidak menganggu pelajaran kamu di sekolah. Ibu tidak ingin hal itu terjadi, karena tidak mudah untuk masuk sekolah sebagus itu dan itu karena kerja keras kamu Key” Ibu menasihati Keyra dengan kata-kata keibuannya.
“Okkeee buu.. Key janji!” Kayra mencium pipi Ibunya dengan rasa bahagia.
Keesokan harinya, Keyra pergi ke Sekolah dengan membawa banyak kue yang akan dititipinya di Kantin nanti. Jam masih menunjukan pukul setengah tujuh pagi dan sekolahan pun masih seperti biasa, belum ada siapapun kecuali Satpam Sekolah dan Pengurus Sekolah. Keyra terkejut saat dia melihat Prisil sudah ada di Gerbang Sekolah seperti menunggu seseorang. Siapa yang sedang ditunggu Prisil?
“Selamat pagi Pris. Kamu lagi nunggu seseorang ya?” tanya Keyra dengan ramah dan menghamiri Prisil dengan senyuman yang manis di bibirnya.
“Ehhh.. ada cewek kampung! Ngapain lo nyamperin gue? Mau cari masalah lo? Jangan harap dengan muka polos lo itu gue bisa baik sama lo! Jijik gue!” Prisil mendorong Keyra sampai dia terjatuh ke tanah dan kue-kue yang akan dijualnya pun ikut terjatuh dan kotor.
“Ups! Sorry, kue-kue lo yg sampah itu jatoh dehh. Sorry ya cewek kampung!” Prisi pergi meninggalkan Keyra yang masih terjatuh di tanah dan melihat kuenya terinjak Prisi, Keyra pun terkejut dan nangis.
“Aduhh! Yang itu sengaja! Hahahaaa”
Melihat ulah Prisi, Keyra ingin berteriak dan marah, tapi apa yang bisa Keyra lakukan. Jika dia melawan Prisi, dia bisa dikeluarkan dari sekolah. Prisi adalah anak dari pemilik sekolah itu. Keyra bisa masuk sekolah swasta termahal karena Keyra mendapat beasiswa. Yang bisa Keyra lakukan hanyalah bersabar dengan perlakuan Prisi terhadapnya.
Sepulang sekolah Keyra hanya menundukan kepala dan Keyra seakan menahan air mata yang ingin jatuh. Keyra tidak ingin Ibunya tahu apa yang sudah Keyra alami tadi pagi. Tapi, Keyra tidak membawa uang sepeserpun dari hasil penjualan kuenya di Sekolah karena memang tidak ada yang bisa Keyra jual.
“Ass..alamualaikuu..mm ibuu. Keyra pulang bu.” Salam Keyra tidak ada yang menjawab. Ibu kemana? Keyra bingung dan panik.
“Ibuuu.. Ibu dimanaa? Keyra pulang, Bu. Apa ibu sedang masak? Ibuu!” Sama sekali tidak ada jawaban. Keyra pergi ke dapur, mungkin ibunya sedang memasak jadi tidak dengar. Saat Keyra ke Dapur, tidak ada siapapun disana. Keyra semakin panik. Keyra menuju kamar ibunya, Keyra berharap didalam ada ibunya. Terkejutlah Keyra dengan apa yang dia lihat saat itu. Seorang ibu yang sangat dia sayangi tergeletak tak berdaya di bawah kasur yang usang dan lapuk.
“Ibuuuuuu!! Buuu,, bangun ibuu!! Ibu kenapa buuu? Bangun bu! Tolongg!! Tolong!!” Keyra berteriak semampunya agar siapapun yang diluar rumah bisa mendengar Keyra dan membantunya untuk membawa ibu ke Rumah Sakit. Untunglah ada beberapa tetangga yang mendengar teriakan Keyra.
“Ada apa neengg??!” Beberapa tetangga memasuki kamar Ibu Keyra dengan kaget dan panik.
“Bu, tolong saya! Ibu saya pingsan. Tolong bantu bawa ke Rumah Sakit”
“Oh,, i..iiyaa neng”
Langsung para tetangga membantu Keyra membawa ibunya. Sesampainya di Rumah Sakit, Ibunya diperiksa oleh dokter. Wajah Keyra kini pucat tercampur panik. Keyra hanya bedo’a kepada Tuhan agar ibunya baik-baik saja. Tapi takdir berkata lain.
“Keluarga pasien?”
“Iya dok, saya anaknya. Ibu saya ke..kenapa ya dok? Baik-baik aja kan dokter?” Keyra berharap Dokter menjawab “iya”.
“Mbak, saya sudah memeriksa ibu Mbak. Saya juga berharap seperti itu, tetapi takdir berkata lain. Ibu Mbak terkena penyakit Kanker Paru-paru tingkat lanjut, dan segera harus dioperasi. Saya mohon demi keselamatan nyawa Ibu Mbak, malam ini juga Mbak sudah harus membayar administrasi untuk operasi. Permisi.”
Dokter berlalu melewati Keyra yang hanya berdiri mematung karena terkejut. Entah apa yang Keyra pikirkan, dia langsung berlari keluar Rumah Sakit dan Keyra pergi menuju Rumah Prisi. Tok..tok..tok.. Pintu rumah Prisil diketuk Keyra dengan keras. Terkejutlah Keyra yang ternyata keluar adalah ayahnya Prisi dan ayah Prisi mempersilahkan Keyra masuk, tetapi Keyra menolaknya.
“Maaf, Pak! Saya kesini bukan bertamu. Saya kesini ingin bertemu Prisi!” Suara Keyra keras seakan ingin menantang seekor macan.
“Ada urusan apa ya, Nak?” tanya ayahnya Pisi masih ramah.
“Maaf pak saya bukannya lancang. Ibu saya masuk Rumah Sakit dan terkena penyakit...Kanker paru-paru tinggkat lanjut. Saya ini seorang murid sekolah yang bapak miliki dan saya menjual kue disana hanya untuk mendapat uang!” Keyra sangat sakit mengatakan itu. “Saya dan ibu saya hidup dari hasil penjualan kue itu saja. Sekarang penghasilan untuk hidup kami hilang bahkan saya tidak tahu apa saya harus...menjual diri saya agar ibu saya bisa dioperasi?!” Hati Keyra seperti disayat-sayat mengatak itu, air mata itu turun lagi di pipi halus Keyra.
“Yatuhan... Apa Pihak Sekolah melarang kamu untuk berjualan kue? Saya sama sekali tidak pernah...” Keyra tidak bermaksud memtong pembicaraan ayah Prisil.
“Bukan Pihak Sekolah yang melarang saya untuk berjualan, Pak! Tapi Prisi! Anak bapak! Dia selalu menginjak-injak harga diri saya, saat saya berjualan di kantin sekolah, Prisil membuang dan menginjak begitu saja kue yang saya jual!!”
“Ya tuhan.. Priiiissssiiiii!!!!!!! Keluar kamu!!” Kemarahan Ayah Prisi semakin menjadi saat tau perilaku anaknya di sekolah. Prisi pun keluar dari kamar dan menghampiri ayahnya. Terkejutlah Prisi melihat Keyra ada di depan pintu bersama ayahnya, yang membuat Prisi bingung saat dia melihat wajah Keyra dengan penuh kebencian.
“Kamu itu benar-benar keterlaluan Prisi! Kamu melarang teman kamu untuk berjualan?! Apa kamu tahu, dia ini hidup hanya bergatung pada penjualan kuenya! Dan kamu malah merusak kehidupannya, Prisi! Ayah kecewa sama kamu!!” Mendengar perkataan ayah, Prisil menangis dan memeluk ayahnya.
“Ayah.. Maafkan Prisi. Iya, Prisi memang salah. Maafkan Prisi pah. Key, gue minta maaf atas apa yang pernah gue lakuin sama lo. Gue bener-bener minta maaf Key.” Prisi menatap Keyra dengan penuh harap.
“Untuk kata maaf gue bisa maafin lo Pris. Tapi, apa kata maaf bisa menyembuhkan ibu gue yang sekarang lagi butuh bantuan secara materi?! Engga Pris!” Keyra menatap Prisi dengan penuh amarah dan kesedihan.
“Baik, Nak. Untuk membayar semua yang pernah Prisi lakukan ke kamu. Saya akan membayar semua keperluan untuk hidup kamu dan ibu kamu. Bagaimana? Apakah itu adil?” Ayah Prisil mengambil jalan tengah untuk masalah ini.
“Baik lah. Akan saya terima. Terima Kasih, Pak, Pris! Saya permisi.”
Keyra meninggalkan Prisil dan Ayahnya. Keyra menangis di setiap langkahnya entah karena dia bahagia bisa mendengar ibunya akan segera disembuhkan atau dia sedih karena dia membuat kesalahan. “Ibuu, key minta maaf. Key, sudah melanggar janji Keyra ke ibu, tapi ini demi ibu. Mungkin apa yang Key lakukan sama saja Key menjual diri Key sendiri. Tapi ini demi ibu..biar Keyra yang menanggung dosa ini. Maafkan Keyra Ibuuu..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar